Cerita Dewas Tante Atit Peyut. -
Yang saya rasakan ketika menunggu tante saya ini ada enaknya juga ada
tidak enaknya. Saya ambil contoh saja yang enaknya dulu, saat tante mau
pipis, saya pasti disuruh mengantar ke WC. Karena tangan tante sakit,
dia menyuruh saya untuk membukakan CD-nya dan saya bisa lihat dengan
jelas kemaluannya yang tertutup bulunya yang agak lebat. Dan yang tidak
enaknya ketika dia mau buang air besar, sudah deh jangan diteruskan,
anda semua pasti tahu apa yang saya maksudkan.. OK.
Malam itu, saya sendirian menjaga tante di rumah sakit.
Tiba-tiba tante memanggil saya, "Sony.., cepet kemari..! Tolong tante ya..?" katanya.
"Ada apa tante..?" kata saya.
"Perut tante sakit nich.., tolong gosokin perut tante pake minyak gosok, ya..?" katanya sambil membuka selimutnya.
Dan terlihatlah tubuh tante yang molek itu, meskipun dia masih memakai
BH dan CD. Tapi samar-samar puting buah dadanya dan bulu kemaluan tante
terlihat agak jelas. Melihat pemandangan itu, batang kemaluan saya
menjadi naik. Agar tidak terlihat oleh tante, saya mencoba merapatkan
tubuh bagian bawah saya ke tepi ranjang.
"Lho Son.., apa yang kamu tunggu..? Ayo cepet ambil obat gosok di meja
itu. Lalu gosok perut tante, awas jangan keras-keras ya..!" katanya.
"Ya tante.." kata saya sambil mengambil obat gosok di meja yang ditunjuknya.
Setelah saya mengambil obat gosok yang ada di meja, "Yang digosok bagian mana tante..?" tanyaku.
"Ya perut tante dong, masak memek tante.. khan nanti.. memek tante jadi sakit kepanasan." katanya tanpa merasa risih.
"Akh.. tante bisa aja deh.. benci aku.. uhh..!" kata saya.
"Ayo dong cepet, tante udah nggak tahan sakitnya nich..!" katanya sambil meringis.
Lalu saya gosok bagian perutnya yang putih mulus dan berbulu itu. Saya
menggosok dengan lemah-lembut seperti ketika saya sedang menggosok tubuh
cewek saya.
"Ya gitu dong, huu.. enak juga gosokanmu Son. Belajar dimana kamu..?" katanya sambil mendesis.
"Nggak kok tante, biasa aja." saya jawab dengan pura-pura.
"Udahlah jangan bohong kamu.. Pasti kamu sering gosokin tubuh cewek kamu ya khan..?" tanyanya mendesak saya.
"Kan Sony belum pernah gosokin cewek Sony, tante..!" kata saya pura-pura lagi.
"Sekalian ya Son, pijitin kaki tante, bisa khan..?" katanya manja.
Saya hanya mengangguk dan mulai memijat kakinya yang membuat naik lagi
batang kemaluan saya. Kakinya begitu dingin, mulus dan merangsang saya.
Lalu, "Sudah tante, capek nich..!" kata saya.
"Lhoo.., yang di atas belum khan..?" katanya.
"Ah.., tante becanda ah.., Sony jadi malu..," kata saya.
"Ayo cepet dong, kamu nggak bakalan capek lagi. Coba deh pijit disini,
di paha tante ini. Ayo dong, kamu nggak usah malu-malu, Sony khan
keponakan tante sendiri, ayo cepet gih..!" katanya manja sambil menarik
tangan saya dengan tangan kanannya.
Sekarang saya dapat melihat gundukan bukit kemaluanya yang menerawang
dari balik kain tipis CD-nya itu. Wajah saya langsung berubah merah
menyala dengan pemandangan yang indah ini. Tante seperti tidak mengerti
apa yang saya rasakan, dia menyuruh mendekat masuk ke tengah-tengah
selangkangannya dan mengambil kedua tangan saya, meletakkan di
masing-masing paha atasnya persis di tepi gundukan bukit kemaluannya.
"Iya di situ Son..," katanya sambil mencoba melebarkan kakinya lebih lebar lagi.
Saya disuruh memijat lebih ke dalam lagi. Pikiran saya mulai terganggu,
karena bagaimanapun meremas-remas 'zone eksklusif' yang sedang terbuka
menganga ini mau tidak mau membuat batang kejantanan saya menjadi naik
lagi.
Lalu, "Son, kamu udah punya cewek..?" katanya.
"Ya tante..," kata saya berterus terang.
"Ngomong-ngomong Sony udah pernah ngeseks sama cewek kamu, belum..?"
"Apa itu ngeseks tante..?" kata saya pura-pura tidak mengerti.
"Maksudnya tidur sama cewek.." katanya.
"Ngmm.. belum pernah tante.." jawab saya berbohong.
"Ah masak sih, coba tante lihat dan pegang punyamu itu..?" katanya
sambil menarik tubuh saya agar lebih dekat lagi, lalu dengan tangan
kanannya dia meraba gundukan di celana saya.
"Tante pengen tau kalo anumu bangunnya cepet berarti betul belum
pernah.." katanya sambil meraba-raba batang kemaluan saya lagi.
Entah artinya yang sengaja dibolak-balik atau memang ini bagian dari
kelihaiannya membujuk saya. Mungkin karena saya masih berdarah muda,
biarpun sudah terbiasa menghadapi perempuan tetapi kalau dirangsang
dalam suasana begini tentu saja cepat batang kemaluan saya naik
mengeras. Kalau sudah sampai di sini sudah lebih mudah lagi buat dia.
"Wihh, besar sekali gundukanmu Son.. boleh lihat dalamnya punyamu..?
Ayo bantu tante untuk membuka celanamu..!" katanya tanpa menunggu
persetujuan dari saya, dia sudah langsung bekerja membuka celana saya
dan membebaskan burung kaku saya.
Memang, waktu batang kejantanan saya terbuka bebas, matanya setengah
heran setengah kagum melihat ukurannya. Terutama kepalanya yang
menyerupai helm tentara "NAZI".
"Bukan main kontolmu Sony.. besar dan keras banget punyamu.." katanya
memuji kagum tapi justru melihat yang begini makin memburu nafsunya.
"Tapi masak sih Son, benda seindah begini belum pernah dipake ke
memeknya cewek. Kalo gitu sini tante boleh nggak ngerasain sedikit lagi
biar bisa tante tempelin di sini." lanjutnya, lagi-lagi tanpa menunggu
komentar saya, dia dengan sebelah tangan bekerja cepat melepaskan
CD-nya.
Terlihatlah hutan kemaluannya yang menggoda itu, lalu dia menyuruh saya
untuk naik ke ranjang dan menyuruh saya untuk menempelkan kepala
kemalua saya di mulut lubang senggamanya. Di situ Saya disuruh
menggosok-gosokkan ujung kemaluan saya di celah liang senggamanya.
Lalu dengan menggosok-gosokkan sendiri ujung kepala batang kejantanan
saya di mulut lubang senggamanya yang sudah terbuka lebar itu, menambah
semakin tegang dalam nafsu diri saya.
"Ahh.. aduh.., Son.. nikmatnya..," katanya menjerit geli.
"Udah Son, tante nggak tahan. Sekarang giliran tante bikin nikmat kamu.., ok Sayang..?" katanya menyuruh saya berdiri.
Lalu dia dengan satu tangannya langsung memegang batang kemaluan saya
dan mulai menjilati seputar batangnya, sambil sesekali mengulum
kepalanya.
Beberapa saat kemudian, dia menarik saya lagi, tubuh saya berlutut di
atas ranjangnya, dan kembali liang senggamanya memperlihatkan celah
kenikmatan yang siap untuk saya masuki. Dalam keadaan seperti itu, saya
betul-betul sudah lupa bahwa dia adalah tante saya sendiri. Lalu, ujung
batang kejantanan saya mulai saya tusukkan di lubang kenikmatannya yang
segera saya ikuti dengan gerakan maju-mundur, putar kanan-kiri untuk
menusuk lebih dalam. Tante sendiri ikut membantu saya dengan jari-jari
tangan kanannya. Dia memperlebar bibir kemaluannya agar semakin lebih
terbuka untuk lebih mempermudah masuknya batang kemaluan saya.
Terus saya genjot batang kemaluan saya ke dalam liang kenikmatannya yang indah itu.
Dan akhirnya, "Hghh.., oo.. Sonn.. yeess.., oohh..!" dengan erangannya,
dia membuka orgasmenya yang juga disusul oleh saya hanya berselang
beberapa detik kemudian.
"Gimana Son rasanya barusan..?" katanya menguji saya sambil tangannya mengusap, menyeka-nyeka keringat di dada saya.
"Aduh tante enak sekali, belum pernah Sony ngerasain yang seperti ini.
Tapi tante sendiri, gimana rasanya..?" kata saya balik bertanya.
"Tante baru sekarang lho ngerasain digituin cowok dengan kelembutan,
tapi juga tidak meninggalkan kejantanannya yang perkasa, seperti punyamu
ini, 'Si Buta Dari Gua Memek', tante jadi melayang ke langit yang ke-7.
Ohh.. endangg..?" katanya.
Begitu selesai, saya diajak tante ke kamar mandi. Dan waktu itu saya
bantu tante membersihkan kemaluannya. Sambil menyiram kemaluan tante,
saya mendekap dia dari belakang, dan tante yang sedang berdiri menjadi
kegelian karena batang kejantanan saya menyentuh bukit pantatnya.
Seketika batang kejantanan saya naik lagi karena yang saya lihat
sekarang lebih terlihat montoknya. Dan seketika itu, tangan lembut tante
memegang batang kemaluan saya. Saya gemetar karena pengalaman seperti
ini luar biasa buat cowok perjaka seperti saya ini. Buah dada tante
menjulang, menantang dan tegar, kelihatan pori-porinya meremang karena
udara sangat dingin di kamar mandi, apalagi ini sudah tengah malam. Dan
bukit kemaluannya agak merekah merah terbuka bekas perbuatan yang tadi.
Saya tidak tahu harus berbuat apa selain meraba buah dadanya lagi yang
kali ini dari depan. Tante menarik saya dan mencium bibir saya, saya
menurut saja. Tubuh kami saling merapat. Tangannya terus mengurut-urut
batang kejantanan saya. Dan saya meraba pantatnya yang bulat dan sintal
kencang. Buah kejantanan saya pun diremas-remasnya pelan-pelan.
Kemudian, tante mulai menaikkan kakinya yang sebelah ke atas bak dan
dimasukkannya lagi kemaluan saya ke liang senggamanya. Ngilu dan agak
panas terasa di batang kejantanan saya.
Tante mulai bergoyang maju mundur dan pantat saya juga ditekannya
dengan tangan kanannya agar saya bisa mengikuti irama. Saya ikut saja
menggoyangkan sambil memeluk, mengisap putingnya, mencium bibirnya.
Beberapa saat kami bergoyang sama-sama, tapi paha tante mulai pegal
rupanya, dan dicabutnya batang kemaluan saya. Kemudian dia berbalik dan
menungging sambil berpegangan dengan tangan kanannya ke bibir bak mandi.
Saya gosokkan batang kejantanan saya ke bibir kemaluannya. Benar-benar
terasa panas bibir kemaluannya itu.
Kemudian saya mendesak maju dan, "Bless.." kepala 'NAZI' milik saya masuk bergesek-gesek dengan dinding lubang senggamanya.
Tante juga bereaksi dan pinggulnya berputar seperti penari ular. Aduh
luar biasa sekali, saya merasa keenakan dan tidak bisa berpikir jernih
lagi. Pantat saya maju mundur, rudal panjang saya menggaruk-garuk lubang
kenikmatannya. Dari posisi ini, saya bisa melihat dengan jelas batang
kejantanan saya basah kuyup dan bibir kemaluan tante tertarik keluar
masuk. Tangan saya menjangkau ke depan, meremas buah dadanya yang
menggantung besar dan bergoyang menggeletar, nafas tante mendengus
desah.
"Ohh.. yess..!"
Akhirnya saya meledak-ledak lagi dan tante rupanya sudah lebih dulu mengalami orgasme.
Setelah itu saya mandikan tante saya tersayang. Mulai detik itu, saya punya tugas tambahan baru.
TAMAT
0 Komentar untuk "Cerita Dewas Tante Atit Peyut"