Pasti pernah melakukan quick sex kan? Entah di mobil, di
dapur, di lift kantor, di toilet gedung pas mau menghadiri resepsi
perkawinan, atau bahkan mungkin di toilet pesawat yang sedang mengudara?
Bagaimana sensasinya? Sungguh liar biasa bukan? Rasa mendebarkan karena
buru-buru, was-was karena takut ketauan, dan menggebu-gebu seolah
dikejar oleh sesuatu yg tak jelas itu ternyata bisa menambah variasi
dalam hubungan seks. Tentu saja saya hanya bertanya kepada mereka yang
sudah berpasangan hidup, dan bukan kepada mereka yang masih single. Tapi
buat peserta arisan jablay, apalagi DPJ (Dewan Pembina Jablay) boleh juga berkomentor kok hihihi…
Belum lama ini ada seorang teman (sebut saja Lidya) yang menceritakan
tentang pengalaman seks kilatnya bersama suami sewaktu menghadiri
resepsi perkawinan. Entah kenapa pula mereka melakukan di toilet gedung,
dan bukannya melakukan di rumah sebelum berangkat ke pesta. “Seru lho,
waktu itu malah kondomnya sempet ketinggalan di dedek gue. Dan tau nggak, gue
baru nyadar pas lagi antri di prasmanan!”, dia terkikik waktu
menceritakan hal tersebut. Tak lupa pula dia mengatakan, bahwa sesekali
secara diam-diam Si Lidya ini sempet repot rogoh-rogoh gaun pestanya,
mencoba membebaskan slempitan kondom yang masih membandel sambil membetulkan CD yang terasa nyempil. “Kok bisa? Trus kok sempet-sempetnya laki loe pasang kondom, katanya quick sex?”, sempet bengong juga saya bertanya. “Ya disempet-sempetin
lah, kami belum pengen punya baby. Jadi biarpun kemana saja, kapan
saja, kalau nggak gue yang nyimpen di tas pasti dia juga sedia kondom di
dompetnya”, jawabnya ringan.
Hm, ternyata ada juga pepatah bisa diambil dari sini, sedia
kondom sebelum berpergian. Saya cuma manggut-manggut sambil diam-diam
mulai mengikuti jejak rekam teman saya ini. Hehehehe…, buat persiapan
nggak ada salahnya kan? Bukan hanya karena mau hujan saja kita musti
sedia payung.
Cerita quickies ini terjadi pas saya masih menikmati masa cuti di rumah setelah tiga bulan bergelut lumpur dan keringat di lapangan.
Kira-kira sebulan yang lalu ketika sedang mencari-cari alamat seorang
rekan yang pindah rumah ke komplek baru di pinggiran Jakarta, saya dan
istri sampai kepayahan karena alamat yang diberikan sungguh-sungguh nggak
jelas dan bikin pusing tujuh belas keliling. “Pokoknya, begitu masuk
gerbang ikuti aja jalan utama, nanti ketemu bundaran langsung belok
kanan. Pas gang ke-empat belok kiri, masuk aja lurus sampai ketemu pohon
gede dan kebun nanas yang lagi berkembang. Nah, kalau udah ketemu
langsung belok kanan. Oiya, jangan lupa ngitung kalau udah nglewatin
tujuh belas polisi tidur, di sebelah kanan ada gerobak Rujak Ulek pas di
depan rumah. Nah itu rumah gue”, terangnya mencoba secara rinci di
telepon ketika kami menghubungi dua hari sebelumnya.
Benar-benar alamat yang sulit. “Blok apa dan nomor berapa?”, kejar
saya penasaran. Lucunya, rekan tersebut belum terlalu hafal dengan blok
rumah yang baru ditempatinya 5 hari yang lalu, karena rumah dan segala
kwitansi pembelian sudah diurus suaminya dan si rekan tersebut tinggal
menempati dan mengatur isinya saja. “Ngggg… apa yaaa? Udah deh,
pokoknya aja ikutin petunjuk gue, pasti nyampe..”, sekali lagi dia
mencoba meyakinkan kami. Oke lah, kami akan mencoba mencarinya. Maka
perjuangan itu pun dimulai.
Sesuai kekhawatiran sejak awal, kami benar-benar nggak ketemu dengan
rumah sesuai ancer-ancernya karena gerobak Rujak Ulek yang dimaksudkan
ternyata sudah pindah ke lokasi lain gara-gara sepi pembeli. Konon
penjualnya berniat menjual komoditi yang halus-halus saja, entah apa
maksudnya. Tak lupa pula dengan pohon besar yang dimaksud, juga telah
jadi korban semena-mena dari gergaji mesin karena dahan dan daunnya yang
lebat mengganggu jaringan kabel listrik dan telepon. Tentang Kembang
Nanas? Hm, rupanya lain yang dimaksud dengan apa yang ditemukan, karena
menurut reportase singkat rekan Ami dari TKP ternyata Nanas yang satu
ini merupakan varian unggul dari Hawai, yang katanya lebih mantap dengan
duri-durinya yang besar dan tajam dan konon rasanya lebih legit. Polisi
tidur? Ah, entah sudah berapa puluh kali “gajlukan” itu kami lewati
sehingga malas untuk mengingatnya.
Apesnya, rekan ini lupa memberikan berita terkini dan terpercaya
tersebut sebagai sumber informasi terbaru bagi kami untuk mencari
rumahnya. Padahal biasanya, dia itu paling rajin memberikan breaking news tentang
si artis ini sudah bercerai gara-gara kasus selingkuh plus KDRT padahal
baru menikah dua bulan (konon nikahnya di Mekkah), atau si artis itu
yang telah menikah siri di Bali dengan vokalis ganteng dari grup band
terkenal, dan segala berita-berita gosip terbaru lainnya. Apes yang
kedua adalah ketika kami berhasil menemui seorang petugas keamanan
berbadan kekar dengan kumis tebal melintang seperti kumisnya pak DJ tapi
berhati lembut. Beliau kami dapati sedang santai dan mencabuti bulu
hidungnya di bawah pohon asam. “Pak, tahu letak rumahnya bu Dewi
Meong?”, tanya saya sopan sambil membuka kaca mobil. “Blok apa dan nomer
berapa, pak?”, sahutnya tak kalah sopan pula. Nah, disitu lah letak
permasalahnya. Maka pak DJ eh, petugas keamanan tersebut kontan
terjangkit penyakit bingung ketika kami tanyai dengan ancer-ancer yang
amburadul versi rekan kami tadi dan menganggap kami nggak lebih pintar
dari anak SD!
Akhirnya kami memutuskan untuk balik arah pulang setelah hampir empat
puluh lima menit lebih kelimpungan mencari alamat yang dimaksud, dan
hari pun juga semakin malam. “Bun gantian nyetir ya.., ayah capek”, kata saya kepada istri di sebelah yang masih sibuk adu argumentasi tentang ancer-ancer rumah yang diberikan via hape dengan si rekan wanita tadi. “Uhm, boleh…”, sahutnya
nggak keberatan sambil mematikan teleponnya. Jalanan sepi dan saya
menepi. Tanpa membuka pintu mobil saya beringsut ke jok penumpang
sementara istri saya sedikit mengangkat tubuhnya. “Aa…aah ayah niiih.., ribet deh.
Kenapa nggak mau keluar dan masuk dari sebelah kiri aja siiih..?”
hihihi, agak kesal dia rupanya. Tapi dibandingkan dengan saya yang
nyetir dari ujung ke ujung, siapa yang lebih capek hayooo? Maka kami pun
berganti posisi.
Dia agak mengangkat pantatnya untuk memberikan saya ruang agar bisa
menempati kursi sebelah kiri, sambil mengangkat kaki kanannya siap-siap
mendarat ke jok kemudi. Ups, terjadi insiden kecil, yaitu gesekan
kinetis. Seperti layaknya hukum fisika, bahwa gesekan yang terjadi
antara dua buah benda bisa menimbulkan panas. Teori itu menimpa saya. “Sebentar sayang, jangan buru-buru..”,
ah, tanpa disadari saya mendesah! Ternyata gesekan pantat tersebut
menimbulkan gairah panas si kecil di bawah sana, apalagi ditambah dengan
parfumnya yang menyergap hidung (tapi pas diingat-ingat, waktu itu kok kayaknya dia sengaja ya..?!) Hmmm.. tangan saya nggak bisa diam. Merayap, meremas dan menjelajah hingga protes kecil terlontar dari bibir mungilnya, berbisik. “Sssst…, ntar kalau ada orang lewat gimana?”
Akibat
koefisien gesek tadi, timbullah panas yang membutakan mata sekaligus
membangkitkan gairah usaha saya, yaitu usaha untuk mencapai kenikmatan.
Adalah W = F x S. Dimana W = Wusaha, F = Fosisi Bercinta dan S = Seks.
Terjemahan bebasnya menurut kamus online Boogle adalah,
bagaimana mencari kepuasan seks dalam berbagai posisi dalam situasi
darurat. Hehehe yang ini adalah dalil fisika modif ala Quickies, dan
bukan rumus turunan dari Om Isaac Newton melainkan dari dari Mas Iskak
Klepon.
Maka saya tak perduli. Tangan kiri menarik handle jok ke
atas supaya posisi menjadi rebah, sementara tangan kanan sibuk mengusap,
meremas, menyingkap dan menguak di kedalaman sana yang semakin lembab
dan basah. Kedua tangannya pun tak tinggal diam, satu meremas rambut,
dan yang satunya menarik retsleting celana yang sungguh membelenggu
geliat kebebasan saya di bawah sana. Setelah proses pelepasan celana
panjang dan cd-nya yang di saat-saat seperti ini justru terasa sangat
mengganggu, terjadilah eksekusi itu! Terburu-buru, menggebu-gebu, dan
sedikit liar ditambahi dengan perasaan was-was akan keadaan sekitar.
Perlahan dengan jari kaki saya kecilkan volume musik, karena mengganggu
orkestra yang dipersembahkan dari bibirnya. Dan sungguh, saya
menikmatinya! Berayun, berpacu dan saling mengusap diiringi desahan
simphony alami hingga akhirnya sampailah kami di titik pencapaian yang
diidam-idamkan umat manusia itu. Aaaarrghhh…!! Tiga menit! Ya, tiga
menit lewat sekian detik kami melakukan perjalanan indah itu, karena
masih sempat mata ini melirik jam digital di mobil.
Jok saya kembalikan ke posisinya, dan dengan malas retsleting saya
naikkan. Sementara istri saya dengan letih akhirnya berpindah ke posisi
supir sambil merapikan roknya yang berantakan, dan mengacuhkan CD-nya
yang tercampak layu bersama serpihan-serpihan tissue di karpet, tanpa
berniat memakainya lagi.
Hmmm, sebentar saja saya memejamkan mata. Masih berusaha
meraih pendar-pendar kenikmatan yang berdenyut di bawah sana, lalu
tersenyum memandangi dia dengan penuh mesra sambil mengusap pipinya.
Rambutnya yang tetap berantakan karena hanya dirapikan dengan tangan,
bagi saya justru menambah pesona kecantikannya. Tapi itu tak berlangsung
lama karena tiba-tiba, “Uhmm.., keknya bunda masih lemes deh.. So, ayah aja yang nyetir yaaaa…”,
ujarnya manja sambil tangannya meremas si kecil yang masih berdenyut.
Alamak! Gimana sih?, sungut saya sebal sekaligus tersenyum geli melihat
ekspresinya. Tapi saya mencoba maklum, mungkin energinya banyak terkuras
gara-gara posisi WOT tadi.
Akhirnya tetep, saya juga yang bawa mobil pulang dan melupakan rasa
penat akibat perjalanan jauh dan berputar-putar gara-gara alamat sialan
itu, dan juga rasa penat lain akibat kejadian di luar dugaan tadi.
Walhasil, selama perjalanan pulang malah istri saya yang rebah dengan
damai di jok sebelah kiri, sambil tak lupa berbisik, “Ayah hati-hati nyetirnya ya, bunda mo bobo dulu…”,
tak lupa dia berikan kecupan mesra di pipi. Hmmph..! Masih mau
bersungut-sungut? Nggak lah! Apalagi selama perjalanan dia memberikan
bonus berupa pegangan tangannya yang bermain di perseneling kedua,
selain mobil. Hehehe…!
Akhirnya sampai di rumah, dan anak kami satu-satunya ternyata sudah
tertidur pulas di sofa dengan acara Animal Planet yang masih menayangkan
Elang yang berputar-putar di udara sedang mengintai ular di darat.
Sempat terbersit di kepala. Ah, kasihan ular tersebut, dijadikan
santapan Sang Burung Elang. Sungguh malang nasibnya dibandingkan dengan
ular saya yang telah dimangsa Burung Elang lain yang cantik. Setelah
ganti pakaian dan bersih-bersih apa yang perlu dibersihkan akibat seks
kilat tadi, kami bersiap tidur. Tapi, begitu melihat istri saya
berbaring dengan posisi kaki mengapit guling itu membuat saya kembali
bergairah! Kilauan paha menawan yang mengintip dari gaun tidurnya itu
seolah mengundang untuk dieksplorasi. Tanpa menunda waktu lagi dan tak
berniat ber-quick sex kali ini, saya kecup perlahan mulai dari betis,
paha dan terus ke atas, sambil tangan ini menelusup dan bermain di
bongkahan bukit di ujung sana. Dia menggeliat sambil melenguh, “Aaaah… ayaaaah…”, hmm, pura-pura pasti. Soalnya sambil menggeliat tangannya malah merengkuh leher meskipun matanya merem dan bibirnya cemberut. Hihihihi…, women!
Maka kembalilah terjadi perpaduan rasa cinta dan sayang ini yang
diwujudkan dengan menyatunya tubuh kami. Keringat mulai mengucur dan
desah nafas berserabutan dari hidung dan bibir, seiring gerakan yang
semakin liar, semakin cepat. Gesekan lembut dan jepitan hangat dari
dinding lembab itu membuat saya seolah berada di dunia lain. Smash-smash
tajam dan drop shot yang saya lontarkan pun disambut dengan goyangan
yang semakin cepat, semakin cepat.
Di tengah pendakian kami menuju puncak, tiba-tiba pintu diketok oleh
Si Ucrit Similikthi, rupanya dia terbangun dan menyadari orang tuanya
sudah di rumah dan mengunci diri di kamar (biasanya kami jarang mengunci
pintu kamar, karena sewaktu-waktu dia suka bermigrasi dari kamar
pribadinya). Kami terdiam menahan desahan dari bibir masing-masing,
saling berpandangan tapi tetap melakukan aktifitas pengeboran dan
pengulekan hingga akhirnya ketokan semakin nyaring dibarengi teriakan, “ayaaaaaah…., bundaaaaaa…, aku mau tidur di daleeem…!!”,
jeritnya. Istri saya menyahut, “Iyaaa bentarrrrr…, bunda lagi ganti
bajuuu…”, hihihi ada tukang tepu lagi beraksi meskipun sambil terengah
karena desakan birahi yang meronta ingin segera dibebaskan. Dia terus
menyambut, menggoyang, memeluk erat dan dinding itu mencengkeram
semakin kuat hingga akhirnya, hmmmpp…. uggghhhh…! Sampai lah kami di
puncak semburan dasyat dan rembesan cinta tepat di saat detik-detik
terakhir si Ucrit Similikithi ini makin intens ngetok-ngetok sambil
memainkan handle pintu. Huaaah…!! Maksud hati nggak berniat quick sex, tapi yang terjadi malah sebaliknya gara-gara gangguan sinyal..!
Akhirnya pintu terbuka. Dengan cemberut anak semata wayang kami ini
masuk dan langsung nyungsep diantara ayah-bundanya, tapi mengacuhkan
saya (kasihan deh loe) yang berusaha tersenyum manis meski terasa
janggal ke arahnya. Sempat melirik jam dinding dan mengira-ngira berapa
menit tadi kami bertempur, hingga akhirnya sampai pada kesimpulan,
lagi-lagi 3 menit lewat sekian detik (Eh, tapi ini quickies ya. Jadi
tolong jangan dianggap kami ini penderita Edi Tansil lho hehehe… ).
Selang berapa saat, istri saya beringsut, mengecup bibir dan berbisik,
“Good night sweat, have a nice dream..” Aahhh…, saya pun membalasnya mesra dengan penuh cinta sambil tak lupa meremas lembut, “Kamu juga chayank, trims ya buat hari yang indah ini…” Dan kami pun tertidur menyusul Si Ucrit, dengan senyum berbayang di bibir.
Hihihi…! Masih suka senyum-senyum sendiri jika ingat, apa yang
terjadi malam itu adalah gara-gara akibat dari gesekan si supir
pengganti…
Bring Your Dream Here
Labels
- Anti Virus (2)
- Blogger (9)
- Cerita Dewasa (61)
- Facebook (17)
- Game Facebook (7)
- Gokil (22)
- Hacking (19)
- Info (46)
- Music (9)
- Point Blank (60)
- Software (29)
- Template Hacker For Windows 7 (1)
- Themes Untuk Windows XP (1)
- Tips/Trik (47)
Entri Populer
-
Cerita Dewasa - Di Paksa Bersetubuh Gara-gara Salah Masuk Kamar Tante | Ngentot Perawan Gara-gara Salah Kamar Namaku adalah Santoso. Say...
-
Cerita Dewasa Akibat Obat Perangsang - Aku, sebut saja namaku Budi, berumur sekitar 36 tahun, menikah dengan anak dua. Aku bekerja dise...
-
Cerita Dewasa - Pengalaman Di Paksa Bersetubuh Ketika Masuk Kamar Tante Ninik - Pagi itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku. Oh ya...
-
Cerita Pembantu Binal yang ML dengan majikannya yang haus seks. Pembantu binal ini sungguh menggoda. Dan berikut adalah kisahnya! Aku berusi...
-
Cerita Seks Terbaru Jadi budak nafsu ibu guruku Seharusnya aku tidak naik kelas, nilaiku hancur-hancuran semua, pasti deh tidak baka...
Template By Kunci Dunia
0 Komentar untuk "Gara-Gara Gesekan Supir Pengganti "